Apa yang engkau Sukai dari seorang Wanita /Pria ? (Jujur Lah dalam memilih)

Rabu, 31 Juli 2013

Matahari Pun Bersujud di Bawah Arsy.

Mungkin banyak pembaca yang bertanya bagaimana sih cara sujudnya matahari, kok sepertinya tidak masuk akal yah, Apakah betul demikian? Penjelasan berikut ini insya Allah bisa menjelaskan kebingungan anda, Dan ini pula merupakan penjelas bahwa MATAHARI YANG MENGELILINGI BUMI, bukan Bumi yang mengelilingi matahari.

1. Bagaimana mungkin matahari sujud?!

Bagaimana sifat sujudnya?!

Kalau memang sujud, mengapa tetap berjalan sesuai waktu tanpa pernah terlambat sedikit pun?!

2. Bagaimana dikatakan matahari sujud di bawah Arsy padahal kita lihat dengan mata kepala bahwa dia tetap di bawah langit?!

Jawaban:

Sebelum kita memasuki jawaban dua permasalahan di atas, perlu kita ingat kembali bahwa kewajiban kita terhadap hadits yang shahih adalah mengimani dan membenarkannya dengan tiada keraguan di dalamnya. Inilah kewajiban dan adab kita terhadap sunnah Nabi Muhammad([1]). Alangkah bagusnya cerita al-Hafizh Ibnul Qayyim,

“Pada suatu hari saya pernah berdialog dengan salah seorang pembesar mereka, saya bertanya kepadanya, ‘Andaikan saja Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam hidup di tengah-tengah kita, lalu beliau mengucapkan suatu ucapan kepada kita, apakah wajib bagi kita untuk mengikutinya tanpa harus melirik kepada pendapat, ucapan maupun madzhab orang lain?

Ataukah kita tidak wajib membenarkannya sehingga kita timbang terlebih dahulu dengan pendapat dan akal manusia?!’

Dia menjawab, ‘Ya jelas harus membenarkannya tanpa melirik kepada selainnya.’

Saya bertanya lagi, ‘Lantas apa yang menghapus kewajiban ini dari kita dan dengan apa kewajiban tersebut dihapus?’

Akhirnya dia meletakkan jari-jemarinya ke mulut kebingungan dan tidak berkata satu kata pun.” [2]

Adapun penjelasan dan jawaban secara terperinci, maka marilah kita baca bersama keterangan dan komentar ulama tentangnya sebagai berikut. Semoga Allah memudahkan kita untuk memahaminya.

1. Sujudnya Matahari

Ibnul Arabi berkata, “Ada suatu kaum yang mengingkari sujudnya matahari padahal hal itu adalah shahih dan mungkin saja.”[3]
Sungguh mengherankan!! Bagaimana mereka mengingkari sujudnya matahari? Tidakkah mereka membaca firman Allah (yang artinya):

Apakah kamu tiada mengetahui, bahwa kepada Allah bersujud apa yang ada di langit, di bumi, matahari, bulan, bintang, gunung, pohon-pohonan, binatang-binatang yang melata, dan sebagian besar daripada manusia(QS.Al-Hajj:18)

Mungkin timbul pertanyaan: Kalau matahari sujud, lantas bagaimana sujudnya?

Imam Nawawi berkata, “Adapun sujudnya matahari, maka hal itu dengan perbedaan yang diciptakan Allah baginya.” [4]
Al-Hafizh Ibnu Katsir berkata, “Setiap makhluk sujud karena keagungan Allah baik suka maupun terpaksa. Dan sujudnya segala sesuatu itu berbeda-beda sesuai dengan pribadinya masing-masing.” [5]

Al-Kaththabi berkata, “Dalam hadits ini terdapat informasi bahwa matahari sujud di bawah Arsy. Hal itu tidak mustahil bisa terjadi ketika dia melewati Arsy dalam peredarannya.”[6]

Samahatusy Syaikh Abdul Aziz bin Baz berkata, “Seluruh makhluk bersujud dan bertasbih kepada Allah dengan tasbih dan sujud yang diketahui Allah sekalipun kita tidak mengerti dan mengetahuinya.” [7]

Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, “Hadits ini menunjukkan bahwa makna (لِمُسْتَقَرٍّ لَهَا) adalah tempat peredaran, karena dia sujud di bawah Arsy. Kita tidak mengetahui bagaimana sifat sujudnya, sebab matahari tidak sama seperti manusia sehingga sujudnya bisa disetarakan dengan sujudnya manusia, bahkan dia adalah makhluk yang lebih besar. Oleh karena itu, janganlah muncul pertanyaan kepada kita: Apakah matahari sujud sambil berjalan ataukah berhenti dahulu? Bagaimana matahari sujud dan meminta izin kepada Allah sedangkan dia terus berjalan dalam orbitnya?!!” [8]
Syaikh Abdur Rahman al-Mu`allimi berkata, “Bagaimanapun sifat sujudnya matahari, yang penting hal itu menunjukkan kepada kita akan kepasrahan dan ketundukannya yang sempurna terhadap perintah Rabbnya selama-lamanya. Barangkali saja tenggelamnya matahari ke arah bawah seperti dalam pandangan mata kita itu yang dimaksud dengan sujudnya matahari.” [9]

Walhasil, kita harus beriman bahwa matahari itu sujud kepada Allah, sedangkan bagaimana sifat sujudnya maka hal itu di luar kapasitas akal kita. Masalah ini mirip sekali dengan apa yang telah Allah firmankan dalam kitab-Nya (yang artinya):

Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun. (QS.Al-Isra’:44)

2. Sujud di bawah Arsy

Al-Kaththabi berkata tentang sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ‘Tempat peredarannya adalah di bawah Arsy’, “Kita tidak memungkiri bila matahari memiliki tempat peredaran di bawah Arsy yang tidak kita jangkau dan saksikan. Kita hanya dikhabarkan tentang sesuatu yang ghaib, maka kita tidak mendustakannya dan membagaimanakannya, karena keilmuan kita terbatas dan tidak menjangkaunya.” [10]

Ibnul Jauzi berkata: “Mungkin masalah dalam hadits ini dianggap rumit oleh orang yang tidak membidangi ilmu seraya berkomentar:

“Kita melihatnya terbenam ke bumi dan Al-Qur’an mengabarkan bahwa matahari terbenam dalam laut yang berlumpur hitam (al-Kahfi: 86). Jadi kalau dia berputar di bawah bumi dan naik, lantas kapan dia berada di bawah arsy?!

Jawabnya: Sesungguhnya langit yang tujuh seperti poros penggilingan, demikian pula Arsy karena besarnya dia seperti penggilingan, dimana saja matahari sujud maka dia sujud di bawah arsy. Itulah tempat peredarannya”.[11]

Syaikh Dr. Abdullah Al-Ghunaiman berkata, “Sujudnya matahari di bawah Arsy tidaklah berarti dia keluar dari orbitnya atau ketinggalan dalam peredarannya ke bumi, bahkan dia selalu muncul ke suatu bagian dari bumi, sedangkan waktunya bagi penduduk bumi berbeda-beda menurut peredarannya.

Dan sebagaimana dimaklumi bahwa pergantian malam dan siang sangat berkaitan erat dengan peredarannya. Oleh karenanya, mungkin timbul pertanyaan:

Di manakah letak sujudnya di bawah Arsy?

Kapan hal itu terjadi, padahal dia selalu berjalan?

Jarak jauhnya dari bumi juga tidak pernah berubah suatu waktu pun, sebagaimana peredarannya juga tidak pernah berubah seperti yang kita saksikan sendiri.

Jawabannya adalah: Matahari sujud setiap malam di bawah Arsy sebagaimana dikhabarkan oleh Nabi yang jujur.

Dia juga selalu muncul pada bagian dari bumi, dan dia juga selalu berjalan dalam orbitnya di bawah Arsy siang dan malam.

Bahkan setiap makhluk pun berada di bawah Arsy, tetapi dalam waktu dan tempat tertentu dia sujud yang tidak diketahui makhluk tetapi diketahui berdasarkan wahyu. Sujud tersebut adalah hakiki sesuai dengan zhahir nash. Adapun beredar, maka hal itu tidak pernah lepas darinya selama-lamanya. Wa-Allahu a`lam.”

Lanjut beliau, “Perbedaan peredaran matahari itu hanyalah bagi yang berada di bumi, artinya dia terbit di tempat tertentu dan terbenam di tempat tertentu, padahal dalam peredarannya di orbitnya tidak ada perbedaan ini. Jadi sujudnya matahari tidaklah berbeda dengan perbedaan malam dan siang, karena perbedaan ini hanyalah bagi yang berada di bumi, adapun sujudnya di tempat dan waktu tertentu tidaklah berbeda.”[12]

عَنْ أَبِيْ ذَرٍّ أَنَّ اْلنَّبِيَّ قَالَ يَوْمًا : أَتَدْرُوْنَ أَيْنَ تَذْهَبُ هَذِهِ اْلشَّمْسُ؟ قَالُوْا: اللهُ وَ رَسُوْلُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: إِنَّ هَذِهِ تَجْرِيْ حَتىَّ تَنْتَهِيَ إِلىَ مُسْتَقَرِّهَا تَحْتَ اْلعَرْشِ, فَتَخِرَّ سَاجِدَةً, فَلاَ تَزَالُ كَذَالِكَ حَتىَّ يُقَالَ لَهَا: اِرْتَفِعِيْ, اِرْجِعِيْ مِنْ حَيْثُ جِئْتِ فَتَرْجِعُ, فَتُصْبِحُ طَالِعَةً مِنْ مَطْلِعِهَا, ثُمَّ تَجْرِيْ لاَ يَسْتَنْكِرُهَا اْلنَّاسُ مِنْهَا شَيْئًا حَتىَّ تَنْتَهِيَ عَلىَ مُسْتَقَرِّهَا ذَلِكَ تَحْتَ اْلعَرْشِ فَيُقَالُ لَهَا: اِرْتَفِعِيْ, أَصْبِحِيْ طَالِعَةً مِنْ مَغْرِبِكِ, فَتُصْبِحُ طَالِعَةً مِنْ مَغْرِبِِهَا. فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ: أَتَدْرُوْنَ مَتىَ ذَاكُمْ؟ ذَاكَ حِيْنَ (لاَ يَنْفَعُ نَفْسًا إِيْمَانُهَا لَمْ تَكُنْ ءَامَنَتْ مِنْ قَبْلُ أَوْ كَسَبَتْ فِيْ إِيْمَانِهَا خَيْرًا) (الأنعام: 158)
Dari Abu Dzar  bahwa pada suatu hari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,

“Tahukah kalian ke manakah matahari ini pergi?”

Mereka berkata,

“Alloh dan Rasul-Nya lebih mengetahui?”

Beliau bersabda,

“Sesungguhnya matahari ini berjalan sehingga sampai ke tempat peredarannya di bawah Arsy, lalu dia bersujud. Dia tetap selalu seperti itu sehingga dikatakan kepadanya: ‘Bangunlah! Kembalilah seperti semula engkau datang’, maka dia pun kembali dan terbit dari tempat terbitnya, kemudian dia berjalan sehingga sampai ke tempat peredarannya di bawah Arsy, lalu dia bersujud.

Dia tetap selalu seperti itu sehingga dikatakan kepadanya: ‘Bangunlah! Kembalilah seperti semula engkau datang’, maka dia pun kembali dan terbit dari tempat terbitnya, kemudian berjalan sedangkan manusia tidak menganggapnya aneh sedikitpun darinya sehingga sampai ke tempat peredarannya di bawah Arsy,

lalu dikatakan padanya: ‘Bangunlah, terbitlah dari arah barat’, maka dia pun terbit dari barat.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya),

“Tahukah kalian kapan hal itu terjadi?

Hal itu terjadi ketika tidak bermanfaat lagi iman seseorang bagi dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu atau dia belum mengusahakan kebaikan dalam masa imannya.”

Takhrij Hadits

Diriwayatkan oleh Bukhari 4802,3199,7424,7433, Muslim 159 -dan ini lafazhnya, Ath-Thayyalisi dalam Musnadnya 460, Ahmad dalam Musnadnya 5/145,152,165,177, Abu Dawud 4002, Tirmidzi 3227, Nasa’i dalam Sunan Kubra 11430, Al-Baghawi dalam Syarh Sunnah 4292, 4293, dan lain sebagainya. Seluruhnya dari jalur Ibrahim bin Yazid at-Taimi dari ayahnya dari Abu Dzar .
Abu Isa At-Tirmidzi berkata, “Hadits ini hasan shahih.” Al-Baghawi berkata, “Hadits shahih menurut syarat Muslim.” [Lihat Tafsir Ibnu Katsir, surat Yasin:38 dan Silsilah ash-Shahihah 2403, Al-Albani.]
FIQIH HADITS

Hadits ini menyimpan beberapa faedah yang cukup banyak, di antaranya:

1. Bagusnya cara pengajaran Nabi, yaitu dengan melontarkan sebuah pertanyaan kepada para sahabatnya. Cara seperti ini seringkali beliau praktekkan dalam banyak hadits. Tidak diragukan lagi bahwa sistem pengajaran seperti ini sangat bermanfaat sekali dalam pematangan ilmu dan ketetapannya dalam akal pikiran, sebab seorang yang ditanya akan merasa penasaran untuk mengetahui jawabannya, sehingga ketika jawaban datang kepadanya sedang dia dalam kondisi penasaran dan haus mencari jawaban, tak ragu lagi bahwa hal itu akan lebih terekam dalam hatinya.[13]

Faedah ini hendaklah diperhatikan oleh kita semua, khususnya para ustadz dan para da`i dalam mentransfer ilmu kepada orang lain. Janganlah dia menyampaikan secara hamparan begitu saja, karena hal ini akan lebih mudah hilang dari ingatan, tetapi hendaknya seorang guru untuk berusaha menggunakan cara-cara agar ilmu yang dia sampaikan bisa menetap dalam hati, baik dengan soal-jawab, muraja`ah, diskusi, dan lain sebagainya.

2. Dalam hadits ini terdapat dalil yang jelas bahwa matahari mengelilingi bumi, bukan malah sebaliknya, bumi mengelilingi matahari[14]. Segi pendalilannya karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyandarkan “pergi” kepada matahari, bukan bumi, sedangkan kita yakin seyakin-yakinnya bahwa Allah lebih mengetahui daripada makhluk-Nya. Dan kita tidak mungkin bergeser meninggalkan dalil yang jelas hanya karena teori-teori manusia yang tidak didasari dengan asas yang meyakinkan.

Perlu diketahui bahwa dalil-dalil tentang masalah ini (matahari mengelilingi bumi) sangat banyak[15], maka akankah kita mengatakan bahwa bumi yang mengelilingi matahari, sebagaimana yang banyak beredar pada zaman ini?!

Tidak, sebelum betul-betul kita menemukan dalil dan bukti jelas yang dapat kita jadikan hujjah di hadapan Allah. Dan hal itu sampai detik ini belum kita dapati, maka kita harus kokoh menetapkan dalil sesuai zhahirnya dan tidak bergeser darinya.[16]

Sungguh amat mengherankan dan tidak diterima oleh akal sehat, bagaimana kita (umat Islam) mengenal tanda-tanda kekuasaan Allah dari orang-orang yang tidak mengenal Allah (baca: orang kafir)?! Apakah orang-orang kafir barat itu lebih tahu tentang cara mengenal kekuasaan Allah daripada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya? Apakah Allah dan Rasul-Nya tidak pernah menjelaskan masalah ini kepada kita? Sungguh benar ucapan penyair:

وَمَنْ يَكُنِ الْغُرَابُ لَهُ دَلِيْلاً

يَمُرُّ بِهِ عَلِى جِيَفِ الْكِلاَبِ

Barangsiapa yang penunjuk jalannya adalah burung gagak

Maka dia akan mengantarkannya ke bangkai-bangkai anjing

Perlu kami tegaskan di sini bahwa setiap dalil -baik dari ayat maupun hadits- yang digunakan landasan untuk menguatkan pendapat “bumi mengelilingi matahari” adalah penafsiran dan pemahaman yang tidak benar, sebagaimana dikatakan oleh Syaikh Abdul Karim bin Shalih al-Humaid dalam risalahnya Hidayah al-Hairan fi Mas’alah ad-Dauran hal.18.

وَكَمْ مِنْ عَائِبٍ قَوْلاً صَحِيْحًا

وَآفَتُهُ مِنَ الْفَهْمِ السَّقِيْمِ

Betapa banyak pencela ucapan yang benar

Sisi cacatnya adalah pemahaman yang dangkal[17]

Di antara dalil yang sering dijadikan landasan adalah firman Allah (yang artinya):

Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya padahal ia berjalan sebagaimana jalannya awan. (QS.An-Naml:88)

Syaikh Ibnu Utsaimin berkata, “Sebagian orang berkata bahwa ayat ini menunjukkan, bumi mengelilingi matahari. Penafsiran ini keliru dan berkata atas Allah tanpa dasar ilmu, karena konteks ayat di atas tidak menunjukkan hal itu, coba perhatikan secara sempurna:

“Dan (ingatlah) hari (ketika) ditiup sangkakala, maka terkejutlah segala yang di bumi, kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Dan semua mereka datang menghadap-Nya dengan merendahkan diri. Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya padahal ia berjalan sebagaimana jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. Barangsiapa yang membawa kebaikan, maka ia memperoleh (balasan) yang lebih baik daripadanya, sedang mereka itu adalah orang-orang yang aman tentram dari kejutan yang dahsyat pada hari itu.” (QS.An-Naml:87-89)

Ayat ini secara jelas menunjukkan bahwa kejadian tersebut adalah ketika hari kiamat.”[18]

3. Terbitnya matahari dari barat adalah salah satu tanda besar dekatnya hari kiamat.

Hadits ini merupakan di antara salah satu hadits yang banyak sekali, bahkan berderajat mutawatir([19]) bahwa terbitnya matahari adalah salah satu tanda dekatnya kiamat. Maka hal ini wajib diimani oleh setiap muslim yang mengaku Allah sebagai Rabbnya, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah nabinya, dan Islam adalah agamanya. Anehnya, sebagian kalangan masih ada yang meragukan aqidah ini([20]). Wa-Allahul Musta`an.

4. Sunnah merupakan penjelas Al-Qur’an.

Hadits bisa dijadikan contoh yang bagus tentang kedudukan Sunnah/hadits sebagai penjelas Al-Qur’an, yaitu:

a. Surat Yasin:38

Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Sebagaimana penjelasan di muka. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir 6/576)

b. Surat Al-An`am:158

“Pada hari datangnya sebagian tanda-tanda Rabbmu, tidaklah bermanfaat lagi iman seorang bagi dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu, atau dia belum mengusahakan kebaikan pada masanya.”

Maksud “sebagian tanda-tanda Rabbmu” adalah terbitnya matahari dari arah barat, sebagaimana dijelaskan dalam banyak hadits. Ini juga dikuatkan oleh para ulama ahli tafsir.

Imam ath-Thabari berkata, “Pendapat yang paling benar tentangnya adalah apa yang ditunjukkan oleh banyak hadits dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa hal itu adalah ketika matahari terbit dari arah barat.”[21].

Al-Allamah asy-Syaukani juga berkata, “Apabila telah tetap penfasiran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan jalan yang shahih ini, maka dia harus didahulukan.” [22]

5. Matahari merupakan tanda kekuasaan Allah.

Allah berfirman (yang artinya):

“Dan sebagian tanda-tanda kekuasan-Nya adalah malam, siang, matahari, dan bulan” (QS.Fushshilat:37)

Perhatikanlah bagaimana dia berjalan secara teratur tanpa maju ataupun mundur sedikit pun sejak awal penciptaannya hingga kelak jika Allah hendak menghancurkan dunia. Demikian pula bentuknya yang begitu besar dan manfaatnya yang begitu banyak bagi kehidupan makhluk di bumi, baik bagi tubuh, pohon, sungai, lautan, dan lain sebagainya. Belum lagi sinarnya yang menyinari dunia sehingga manusia tidak membutuhkan listrik. Dan masih banyak lagi lainnya[23].

Oleh karena itu saya mengajak saudara-saudaraku untuk merenungi tanda-tanda kekuasaan Allah yang ada di sekitar kita, baik langit, bumi, lautan, matahari, rembulan, malam, siang, dan sebagainya sehingga dapat menambah keimanan kita kepada Allah.

“Sesungguhnya pada pertukaran malam dan siang itu dan pada apa yang diciptakan Allah di langit dan di bumi, benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan-Nya) bagi orang-orang yang bertaqwa.“ (QS.Yunus:6)

Akhirnya, kita berdo`a kepada Allah agar memberikan taufiq dan meneguhkan kita semua. Aamiin.

[1] Banyak di antara manusia beranggapan bahwa “adab” hanyalah terbatas pada hubungan antara sesama manusia. Sungguh ini adalah penyempitan makna, karena adab mempunyai ruang lingkup yang luas, meliputi adab terhadap Allah, Rasul-Nya, dan sesama manusia. (Lihat Madarijus Salikin 2/391, Ibnul Qayyim dan Makarimul Akhlaq hal. 13, Ibnu Utsaimin.

[2] Madarij Salikin 2/404

[3] Fathul Bari 6/299

[4] Syarh Shahih Muslim 2/197

[5] Tafsir Al-Qur’an al-Azhim 5/398

[6] Syarh Sunnah 15/95-96, al-Baghawi

[7] Majmu` Fatawa wa Maqalat 8/295

[8] Tafsir Surat Yasin hal.137

[9] Al-Anwar al-Kasyifah hal.294

[10] Syarh Sunnah 15/95-96, al-Baghawi

[11] Kasyful Musykil an Hadits Shahihain 1/359.

[12] Syarh Kitab Tauhid min Shahih Bukhari 1/212, Bayan Talbis Jahmiyyah Ibnu Taimiyyah 2/228

[13] Syarh Kitab Tauhid 1/408, Syaikh Dr. Abdullah al-Ghunaiman

[14] Fathul Bari 6/299, Ibnu Hajar

[15] Dalam kitab ash-Shawa’iq asy-Syadidah ‘ala Atba’ Haiah Jadidah oleh Syaikh Humud at-Tuwaijiri dan Al-Maurid Zilal fi Tanbih `ala Akhtha’ Zhilal 1/251-276 Syaikh Muhammad ad-Duwais disebutkan 25 dalil ayat Al-Qur’an, 16 hadits dan ijma` ulama. (Lihat juga masalah ini dalam Majmu` Fatawa Ibnu Utsaimin 1/72-75, Hidayah al-Hairan fi Mas’alah ad-Dauran oleh Syaikh Abdul Karim al-Humaid, Matahari Mengelilingi Bumi Bantahan Terhadap Barat Kafir oleh Surkan H.J. Saniman, Matahari Mengelilingi Bumi oleh akhuna wa ustadzuna Ahmad Sabiq Abu Yusuf).

[16] Lihat Syarh Arba`in Nawawiyah hal.289, Tafsir Surat Yasin hal.139, Tafsir Surat Al-Kahfi hal.32 oleh Syaikh Muhammad bin Utsaimin.

[17] Diwan al-Mutanabbi hal. 232

[18] Tafsir Surat Al-Kahfi hal.81

[19]Sebagaimana dinyatakan oleh al-Hafizh Ibnu Katsir dalam Nihayah Bidayah 1/144, al-Kattani dalam Nazhmul Mutanatsir hal.241dan Samahatusy Syaikh Abdul Aziz bin Baz dalam Majmu` Fatawanya 8/295.

[20] Termasuk di antaranya Syaikh Rasyid Ridha dalam Tafsir al-Manar 8/211. “Apabila demikian sikap mereka terhadap hadits mutawatir, lantas bagaimana kiranya bila haditsnya tidak sampai derajat mutawatir?! Oleh karena itu tak aneh bila Syaikh Muhammad Abduh tidak percaya terhadap hadits-hadits tentang fitnah akhir zaman yang termuat dalam kitab-kitab shahih kecuali sedikit sekali, sebagaimana dikatakan muridnya Rasyid Ridha dalam al-Manar 9/466.” (Manhaj Madrasah Aqliyyah al-Hadtsitsah fi Tafsir hal.524)

[21] Jami`ul Bayan 8/103

[22] Fathul Qadir 2/182

[23] Syarh Tsalatsah Ushul hal.48, Ibnu Utsaimin

Sumber : http://abiubaidah.com/matahari-sujud.html/

Kembalinya Zaman JAHILIYAH , Zaman Kebodohan Modern

WASPADA DENGAN JAHILIYAH MODERN

Bismillahirrohmanirrohim,,

Kita pasti sudah tahu dan mungkin ini yang diajarkan dalam materi agama Islam di sekolah kita dulu bahwa bangsa Arab sebelum Islam datang adalah bangsa yang punya peradaban Jahiliyah. Dibenak kita mungkin menangkap kata-kata Jahiliyah ini dengan kebodohan, kuno, kehidupan yang amat sederhana, tidak bisa membaca, dan tidak mempunyai pengetahuan teknologi (ilmiah).
Tapi coba kita berfikir sejenak. Bukankah bangsa Arab sebelum Nabi Muhammad saw diutus Allah Swt kebumi ini… mereka sudah terkenal dengan kemahiran dibidang sya’ir? Tidakkah kita tahu bahwa bangsa Arab adalah mereka yang selalu menjaga tradisi dengan menghafal silsilah / runtutan garis keturunan (nasab) mereka hingga runtutan yang sejauh mungkin?. Jadi apakah mereka bisa dikatakan bodoh dalam pengertian kita selama ini? Jawabannya tentu saja TIDAK.
Pengertian Jahiliyah dalam hal ini bermakna tidak menggunakan “hati” dan atau “pikiran” mereka. Masih ingat salah satu bait lagu Bimbo yang sangat populer “bermata tapi tak melihat, bertelinga tapi tak mendengar”. Seperti itulah gambaran Jahiliyah, mereka tahu bahwa yang mereka lakukan itu “salah” tetapi tetap pada kesombongan, keangkuhan, kekerasan, prestise, jabatan, dan tujuan yang akan mengalahkan segalanya.
Sebagai contoh kejadian-kejadian pada zaman Nabi Ibrahim, ajaran Nabi Ibrahim a.s kepada kaumnya, (termasuk ayah kandungnya sendiri) tidak diindahkan sama sekali, agar tidak menyembah dan mempertuhankan berhala-berhala. Perempuan hanya dijadikan budak pemuas nafsunya, anak-anak ditelantarkan. Yang ada pada zaman itu hanya peperangan-peperangan antar suku untuk mencapai tujuan. Siklus kehidupan di dunia ini bagaikan roda yang berputar, silih berganti, kejadian-kejadian di zaman modern ini adalah pengulangan kejadian-kejadian dimasa yang lalu dengan frame yang berbeda.
Maka boleh jadi Jahiliyah pada zaman Arab sebelum Nabi Muhammad diutus (Islam datang) akan dan bahkan terjadi pada zaman modern ini. Kita banyak menyaksikan bagaimana orang-orang yang terkenal dengan kecerdasan, keintelektualan mereka, tapi dengan semena-mena berbuat seenaknya saja demi mencapai suatu tujuan.
Mereka bukan bodoh, tetapi membodohi diri sendiri. Mereka bukan tidak tahu, tapi pura-pura tidak tahu.
Dengan kecerdasannya mereka membodohi masyarakat, terutama masyarakat bawah, dengan kekuasaanya mereka memperbudak rakyat. Itulah gambaran singkat perilaku jahiliyah di zaman modern ini.
Semoga kita termasuk orang yang selalu diberi cahaya dan petunjuk yang lurus (ihdzinash-shirathal mustaqim), sehingga kita tidak termasuk manusia-manusia dengan sebutan Jahiliyah Modern.
Beberapa contoh kekejaman jahiliyah kuno:
• Betapa di jaman dulu orang mendengar bengisnya bangsa Arab pada saat itu, karena merasa setiap kelahiran seorang anak perempuan menjadikan aib buat keluarga mereka, sehingga sebuah tindakan yang di jaman itu yang sudah dianggap biasa tanpa merasa berdosa hanya karena malu mempunyai anak perempuan dengan membunuhnya atau mengubur sang bayi dalam keadaan hidup.
• Memang kalau ditilik dengan jaman yang serba modern dan penuh dengan perjuangan tentang Hak Azazi Manusia (HAM), sepertinya saat ini jahiliyah merupakan cerita kuno, sebagai isapan jempol, kita semua tidak merasa bahwa saat ini kita sedang berada di zaman Jahiliyah Modern, mengalami saat yang serupa dengan kehidupan jahiliyah dizaman sebelum Rasulullah Muhammad saw. Betapa tidak? Coba saja dengar, lihat dan baca di media masa mengenai banyaknya kasus pembunuhan, tidak hanya terhadap kaum wanita, tapi sekarang terhadap semua manusia (wanita hanya menjadi simbol “kelemahan” semata). Kelemahan terhadap kekuasaan, kekuatan, kesempatan, kemiskinan, ketersudutan kepentingan, pengangguran, krisis mental, dll…semua ini adalah metamorfosa / pengulangan dari jaman jahiliyah kuno yang dimunculkan di jaman modern sekarang.
• Tidak hanya bayi perempuan saja yang dibunuh, bahkan ayah kandungnya sendiri, ibu kandungnya sendiri, keluarganya sendiri, kalau nafsu syaithan sudah memuncak, tidak ada yang bisa menghalangi si “jahil” dari perbuatan “membunuhnya”. Berita orang-orang terkenal yang dengan terus terang tanpa beban membeberkan aibnya dengan cara aborsi demi sebuah alasan mempertahankan kehormatannya (mana mungkin menjadi terhormat dengan cara melakukan aborsi?), bahkan dengan tidak malu-malu dan tidak merasa bersalah menceritakannya kepada media massa dengan bangganya. Naudzubillah.
Coba bandingkan pembuhuhan bayi-bayi yang tidak berdosa di zaman dulu dengan zaman sekarang:
• Kalau di jaman Nabi dahulu, sanga Bapak masih merasa malu untuk mempunyai anak perempuan dan secara sembunyi-sembunyi membunuh dan menguburnya.
• Tapi sekarang apa? Tidakkah perbuatan ini sama kejamnya dengan apa yang dilakukan di zaman jahiliyah dulu? Secara blak-blak-an si ibu “jahil” mengungkapkan tindakannya menggugurkan kandungan dengan alasan demi mempertahankan sebuah kehormatan, mempertahankan kesehatannya, maka apakah kita tidak sadar akan bahaya ini?
Kembali kepada jaman yang jahiliyah modern ini, tidaklah salah apa yang diramalkan pujangga Ronggo Warsito Jawa yang tersohor dengan ” Bakal teko jaman edan, yen ora edan ora keduman” (akan datang suatu zaman edan, kalau tidak ikut edan tidak akan kebagian), maka inilah jaman edan tersebut. Haruslah kita ketahui dan fahami keadaan bangsa Arab sebelum datangnya agama Islam, karena bangsa Arablah bangsa yang mula-mula menerima ajaran agama Islam.
Sebelum datang agama Islam, mereka telah mempunyai berbagai macam agama, adat istiadat, akhlak dan peraturan-peraturan hidup. Agama baru ini pun datang membawa akhlak, hukum-hukum dan peraturan-peraturan hidup. Jadinya agama baru ini datang kepada bangsa yang bukan bangsa baru. Maka bertemulah agama Islam dengan agama-agama jahiliah, peraturan-peraturan Islam dengan peraturan-peraturan bangsa Arab sebelum Islam. Kemudian terjadilah pertarungan yang banyak memakan waktu. Pertarungan-pertarungan ini baru dapat kita dalami, kalau pada diri kita telah ada pengetahuan dan pengalaman sekedarnya, tentang kehidupan bangsa Arab sebelum datangnya agama Islam.
Sejarah bangsa Arab penduduk gurun pasir hampir tidak dikenal orang. Yang dapat kita ketahui dari sejarah mereka hanyalah yang dimulai dari kira-kira lima puluh tahun sebelum Islam datang. Adapun yang sebelum itu tidaklah dapat diketahui. Yang demikian disebabkan karena bangsa Arab penduduk padang pasir itu terdiri atas berbagai macam suku bangsa yang selalu berperang-perangan. Peperangan-peperangan itu pada asal mulanya ditimbulkan oleh keinginan memelihara hidup, karena hanya siapa yang kuat sajalah yang berhak memiliki tempat-tempat yang berair dan padang-padang rumput tempat menggembalakan binatang ternak. Adapun si lemah, dia hanya berhak mati atau jadi budak.
Peperangan-peperangan itu menghabiskan waktu dan tenaga; karena itu mereka tidak mempunyai waktu dan kesempatan lagi untuk memikirkan kebudayaan. Dan bilamana di antara mereka dapat bekerja, mencipta dan menegakkan suatu kebudayaan, datanglah orang lain memerangi dan meruntuhkannya. Dan lagi, mereka buta huruf. Oleh karena itu sejarah dan kehidupan mereka tiadalah dituliskan.
Jadi, tidak ada bengunan-bangunan yang dapat melukiskan sejarah mereka; dan tidak ada pula tulisan-tulisan yang dapat menjelaskan sejarah itu. Adapun yang sampai kepada kita tentang orang-orang jaman dahulu itu, adalah yang diceritakan oleh kitab-kitab suci. Sejarah mereka, mulai dari masa seratus lima puluh tahun sebelum Islam, dapat kita ketahui dengan perantaraan syair-syair.
Di zaman modern ini…
Jaman dimana banyak orang yang menganggap salah itu benar dan benar itu nyleneh.
Sekarang, semuanya ingin instan dan gampang. Orang-orang tak ingin susah dulu untuk mengalami kesuksesan, segala macam cara ditempuh tidak peduli harampun yang penting tercapai keinginannya…
Allah berfirman,
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (Al-Ahzab [33]: ayat 21)
Semoga kita semua tetap konsisten pada kejujuran, keadilan, mencontoh kepribadian Nabi Muhammad sebagai uswatun hasanah, menjalankan perintah-perintah Allah dan menjauhi semua larangan-larangan Allah. amiiin

Hukum Meninggalkan sholat dengan sengaja.

Orang yang meninggalkan shalat bisa disebabkan oleh dua hal, yaitu karena sengaja dan tidak sengaja, secara khusus hal tersebut merupakan keringanan bagi orang yang mengerjakan shalat, seperti lupa atau tertidur. Tetapi orang tersebut masih memiliki kewajian untuk mengganti shalat yang terlewat.

Sedangkan, dalam hal meninggalkan shalat secara sengaja, ia berdosa. Akan tetapi para ulama berbeda pendapat tentang status hukum orang tersebut, kafir atau tidak.

Pengelompokan Orang yang Meninggalkan Shalat dengan Sengaja

Orang yang meninggalkan shalat dengan sengaja terbagi menjadi dua kelompok.

Pertama, ia meninggalkan shalat karena sengaja, yaitu mengingkari kewajiban. Dalam hal ini para ulama sepakat bahwa orang yang menghindar dari kewajiban shalat tanpa ada alasan apa pun, orang ini adalah kafir, bahkan murtad. Orang seperti ini jika dalam kondisi muslim harus bertobat.

Kedua, orang yang meninggalkan shalat karena bermalas-malasan dan ia masih mengakui kewajiban shalat. Dalam hal ini, jumhur ulama sepakat bahwa meninggalkan shalat tanpa adanya alasan syar’I merupakan dosa besar.

Bahkan, di sisi Allah dosanya lebih besar daripada membunuh orang, merampok, berzina, mencuri, dan minum khamar. Dalam kondisi yang kedua ini, para ulama berbeda pendapat tentang status hukumnya.

Hukum Meninggalkan Shalat Dari Berbagai Pendapat

A) Termasuk kategori fasik bermaksiat dan melakukan dosa besar, tetapi belum sampai pada tataran kafir. Hal ini menurut pendapat sebagian besar ulama, seperti Ats-Tsauri, Abu Hanifah, Malik, dan Asy-Syafi’I mereka beralasan sebagai berikut:

1) Allah mengampuni semua dosa, kecuali syirik,

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.”(QS An Nisa:48)

2) Barangsiapa yang mengucapkan la ilaha illallah, ia masuk surga tanpa persyaratan mengerjakan shalat.

Dari Mua’dz bin Jabal bahwa Rasulullah saw bersabda,

“Tidak ada seorang hamba pun yang bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah, melainkan Allah mengharamkan neraka baginya”

Dari Ubadah bin Shamit bahwa Rasulullah saw bersabda,

“Barangsiapa bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan dan Hamba Allah, Isa adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam dan (dengan tiupan) roh dari-Nya, meyakini surga itu benar, dan neraka itu benar, Allah akan memasukkannya ke dalam surga sesuai dengan amalan yang telah dilakukannya”

Dari Mu’adz bin Jabal bahwa Nabi saw bersabda, “Sesungguhnya Allah mengharamkan neraka kepada siapa saja yang mengucapkan la ilaha illallah hanya karena mengharapkan wajah Allah semata”

B) Allah akan mengeluarkan dari neraka orang yang tidak pernah berbuat kebaikan sedikit pun

Dalam hadis Abu Said disebutkan bahwa setelah kaum mukminin mengeluarkan saudara-saudara mereka dari neraka, mereka mengucapkan,

“Wahai Rabb kami, kami telah mengeluarkan orang-orang yang Engkau perintahkan kepada kami (dari neraka) dan tidak tersisa lagi di dalam neraka seorang pun yang memiliki kebajikan.” Rasulullah kemudian melanjutkan, Allah Berfriman,

“Para Malaikat, para Nabi, dan orang-orang yang beriman telah memberikan syafaat, dan tiada lagi orang yang tertinggal selain syafaat Yang Maha Pengasih”

Beliau melanjutkan, “Allah lalu mengambil segemgam manusia yang tidak pernah berbuat baik sedikit pun karena Allah. Mereka telah terbakar sehingga menjadi gosong” Beliau melanjutkan,

“Kemudian mereka dibawa ke air yang disebut Hayah (air kehidupan), lalu disiram dengan air tersebut. Maka mereka pun tumbuh sebagaimana tumbuhnya bibit tanaman yang dialiri air”

C) Banyak dalil yang menunjukan bahwa orang yang meninggalkan shalat tidak keluar dari agama islam

Dari Ubadah bin Shamit, bahwa ia pernah mendengar Rasulullah bersabda,

“Shalat lima waktu telah diwajibkan Allah atas para Hamba-Nya. Barangsiapa yang bertemu Allah dengan membawa shalat tersebut dan tidak menyia-nyiakannya sedikitpun dari shalat tersebut, maka ia menemui Allah dengan mendapatkan janji dari-Nya, yaitu memasukkannya ke dalam surga. Sebaliknya, barangsiapa bertemu Allah dengan membawa shalat tersebut dalam keadaan telah menyia-nyiakan sesuatu darinya karena menganggap remeh akan kewajiban shalat tersebut maka ia akan menemui Allah dengan tanpa janji sedikitpun.”

D) Hadis hadis yang mengkafirkan orang yang meninggalkan shalat diartikan sebagai kafir Ashgar (kafir kecil)

Hal ini sebagaimana sabda Nabi Rasulullah saw, “Mencaci maki seorang muslim adalah perbuatan fasik dan membunuhunya adalah perbuatan kafir”

Sabda Rasulullah saw yang lain, “Ada dua perkara yang menyebabkan seseorang jatuh pada kekafiran, yaitu mencela nasib dan meratapi mayit”

E) Keluar dari agama islam. Hal ini menurut pendapat mazhab Said bin Jubair, Asy-Sya’bi, An-Nakhai, Al-Auza’I, Ibnu Mubarak, Ishaq, dan Ibnu Hazm. Pendapat ini didasarkan pada dalil-dali berikut.

1. Hadis hadis yang mengafirkan orang yang meninggalkan shalat
Dari Jabir bahwa Rasulullah saw bersabda,

“Perbedaan antara seorang (muslim) dengan kemusyrikan dan kekafiran adalah meninggalkan shalat”

Dari Buraidah bin Al-Husaib bahwa ia pernah mendengar Rasulullah saw bersabda,

“Kita dan mereka adalah salat. Barangsiapa yang meninggalkannya, maka ia adalah kafir”

2) Dalil yang secara impilisit menunjukan tentang kekafiran orang yang meninggalkan shalat.
Friman Allah swt,

“Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?" mereka menjawab: "Kami dahulu tidak Termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat, dan Kami tidak (pula) memberi Makan orang miskin, dan adalah Kami membicarakan yang bathil, bersama dengan orang-orang yang membicarakannya, dan adalah Kami mendustakan hari pembalasan, hingga datang kepada Kami kematian.”(QS Al- Muddatstsir:42-47)

Hadis Mua’dz bin Jabal dengan sanad marfu’, “Barangsiapa meninggalkan shalat fardu dengan sengaja, berarti ia terlepas dari jaminan Allah.” (HR Nasa’i. disebutkan bahwa hadis ini Dhai’if)

3) Banyak hadis yang menujukan bahwa orang yang meninggalkan shalat halal darahnya.

Hadis Abu Said Al-Khudri tentang seseorang yang menyuruh Rasulullah saw,

“Bertakwalah kepada Allah” kemudian disebutkan bahwa Khalid bin Walid berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana kalau aku penggal saja lehernya?” Rasulullah bersabda, “Jangan, mungkin dia masih mengerjakan shalat”

4.Hadis yang memperbolehkan memerangi para pemimpin yang tidak shalat

Dari Ummu Salamah bahwa Rasulullah saw bersabda,

“Kalian akan diperintah oleh para pemimpin yang kalian kenal, tetapi kalian mengingkari tindak tanduknya. Barangsiapa membencinya, maka ia terlepas dari dosa dan bawangsiapa mencegahnya maka ia akan selamat. Tetapi (dosa itu) bagi siapa yang rida dan mengikuti kemungkaran tersebut. Para sahabat berkata, Wahai Rasulullah, apakah kami harus memerangi mereka? Beliau menjawab Tidak, selama mereka masih menjalankan shalat”

Dengan memerhatikan kedua pendapat dan dalil yang menyertainya, dapat diambil simpulan bahwa orang yang meninggalkan shalat yang dihukumi sebagai kafir adalah orang yang tidak pernah mengerjakan shalat sama sekali mesikipun ia meyakini bahwa shalat tersebut ialah wajib.

Ada pun orang yang tidak tentu shalatnya, mereka itu adalah orang-orang yang tidak menjaga shalatnya dan mereka mendapat ancaman berat meskipun tidak dikatakan kafir, oleh karena itu, dasar pegangan di dalam menjatuhkan status hukum orang yang meninggalkan shalat bukan sekedar meninggalkannya, melainkan meninggalkan dalam arti secara mutlak atau tidak pernah mengerjakan shalat sama sekali.

Terhalangnya Doa karena Makanan Haram

Assalamu'alaikum wr.wb

Tersebutlah seorang lelaki yang telah melakukan perjalanan jauh. Rambutnya kusut masai penuh debu. Ia berjalan tertatih-tatih dengan membawa sebuntal pakaian dan bekal dipundaknya.Setelah sekian lama berjalan, ia berhenti. Matanya memandang ke langit. Ia teringat Tuhannya. Seketika itu pula tangannya menengadah.“Ya Rabb aku minta pertolonganmu.Ya Rabb aku minta rahmat dan kasihmu. Ya Rabb aku minta keselamatan dari-Mu ,pintanya berulang-ulang. Ia tampak khusyu berdoa. Diterimakah doanya? Seorang lelaki mulia berujar, “Sesungguhnya Allah menolak doa lelaki malang itu. Bagaimana doanya akan terkabul, sedang makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan perutnya dikenyangkan dengan makanan haram!”Lelaki yang berkomentar tersebut adalah Rasulullah SAW. Sedangkan kisah ini berasal dari Abu Hurairah yang diriwayatakan Imam Muslim dalam Shahih-nya.

Ya, makanan haram multi efek sifatnya. Ada banyak kerugian yang akan diderita seseorang yang menyengajakan diri mengonsumsinya. Salah satu siksaan yang Allah SWT timpakan adalah tidak diterimanya doa-doa mereka.
Padahal,tanpa doa seorang Muslim tidak ada apa-apanya.Bukankan doa adalah senjata orang-orang beriman.Al-Hafidz Ibnu Mardawih meriwayatkan sebuah hadits dari Ibnu Abbas bahwa Sa’ad bin Abi Waqash berkata kepada Nabi SAW,“Ya Rasulullah, doakanlah aku agar menjadi orang yang dikabulkan doa-doanya oleh Allah.Apa jawaban Rasulullah SAW,“Wahai Sa’ad perbaikilah makananmu (makanlah makanan yang halal) niscaya engkau akan menjadi orang yang selalu dikabulkan doanya. Dan demi jiwaku yang ada di tanganNya, sungguh jika ada seseorang yang memasukkan makanan haram ke dalam perutnya, maka tidak akan diterima amal-amalnya selama 40 hari, dan seorang hamba yang dagingnya tumbuh dari hasil menipu dan riba maka neraka lebih layak baginya.” (HR At-Thabrani).

Memahami mekanisme PNI Untuk memahami lebih dalam tentang bagaimana makanan haram bisa menghalangi terkabulnya doa-doa, kita bisa menelaah mekanisme psiko neuroendokrinologi imunologi (PNI) atau sistem yang melibatkan pikiran, hormon dan sistem pertahanan tubuh. Makanan haram adalah sesuatu yang dilarang Allah. Dalilnya sudah sangat jelas. Bila aturan ini dilanggar dan makanan haram tetap dikonsumsi, maka akan lahir rasa tertekan dan ketakutan dari orang yang mengonsumsinya. Dalam jangka panjang, ketakutan akan menghasilkan kecemasan kronis.Dalam kondisi ini tubuh akan memproduksi hormon kortisol, skotofobin, dan adrenalin dalam jumlah yang berlebihan.

Apa akibatnya? Seluruh sel tubuh akan terganggu bioritme-nya. Dengan kata lain, akan terganggu proses bertasbihnya.Kita tahu bahwa setiap sel yang terdiri dari atom dan partikel sub atomik senantiasa bertasbih dan ber-thawaf mengikuti ketentuan-Nya.Kondisi ketergangguan ini akan berdampak pada perubahan proses metabolisme dan proses biokimiawi lainnya.Akibatnya banyak potensi dasar biologis terhambat. Ketika berdoa, seseorang yang kondisi wujud fisik dan psikologis sedang tidak optimal ini, akan didominasi rasa takut yang berlebihan. Apa akibatnya?Doa yang dipanjatkannya menjadi sarat akan kepentingan sesaat dan egois. Ia pun dihantui dengan ketidakyakinan dan rasa takut berlebihan bahwa doanya tidak akan terkabul. Jadi sudah terjadi proses prasangka atau su’udhzon kepada Allah SWT.Padahal, dalam hadis qudsi disebutkan. “Sesungguhnya Aku akan mengikuti persangkaan hamba-Ku kepada-Ku. Dan Aku selalu menyertainya apabila ia berdoa kepada-Ku.” (HR Bukhari Muslim)
Dalam hadis lain disabdakan pula,“Dan jika kamu memohon kepada Allah Azza waJalla, wahai manusia, mohonlah langsung ke hadirat-Nya dengan keyakinan yang penuh bahwa doamu akan dikabulkan.Sesungguhnya Allah tidak mengabulkan doa hamba-Nya yang keluar dari hati yang lala.” (HR Ahmad).

Jadi dapat disimpulkan, ketakutan dan keresahannya itulah yang menyebabkan doanya tidak tersampaikan dengan sempurna. Hal ini sekaligus menjelaskan mengapa mekanisme tobat dapat memperbaiki kualitas hidup dan keimanan seseorang.Proses tobat adalah sebuah proses katarsis atau ventilasi yang merupakan“jendela” atau“pintu”bagi terlepasnya beban psikologis yang ditanggung akibat perbuatan dosa. Tetapi tentu saja proses tobat keberhasilannya juga sangat tergantung pada seberapa dalam keyakinan kita tentang konsep Allah yang Maha Pengampun. Bila kita sudah berprasangka bahwa Allah tidak akan memaafkan, maka jangan berharap kalau tobat kita akan melancarkan segalanya. Justeru malah menjadi beban psikologis baru.

Bagaimana dengan orang yang hanya sekedar ragu tentang kehalalan makanannya?Bila ragu seharusnya dihindari (syubhat).Mengapa?Karena keraguan itu akan menumbuhkan kecemasan.Dan kecemasan pada gilirannya akan menghasilkan kondisi chaos. Karena itu, Rasulullah SAW mewasiatkan agar kita menjauhi hal-hal yang meragukan.Beliau bersabda, “Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu juga jelas, antara keduanya terdapat hal-hal samar yang tidak diketahui oleh kebanyakan orang.Barangsiapa menjaga diri dari hal-hal yang samar itu, maka ia telah menjaga agama dan harga dirinya; dan barangsiapa jatuh ke dalam hal yang samar, maka ia telah jatuh kepada hal yang haram, seperti penggembala yang menggembala di sekitar daerah terlarang, nyaris ia masuk ke dalamnya. Ketahuilah, setiap raja mempunyai daerah larangan. Ketahuilah, sesungguhnya daerah larangan Allah adalah hal-hal yang diharamkan-Nya.” (HR Bukhari Muslim).

Untuk itu, sebelum kita dihisab di akhirat kelak tentang bagaimana kita mensyukuri nikmat Allah dalam hal kemampuan berkomunikasi (al-bayan), maka sebaiknya kita bertanya dan menyelidiki secara intensif kehalalan suatu produk makanan.Bukankah yang akan diperhitungkan kelak di hari akhir tidak hanya sekedar dosa yang disengaja saja, melainkan juga kelalaian kita dalam mencegah terjadinya kemungkaran akan dipertanyakan dan ditimbang?

Aurat wanita Dalam Firman Alloh dan hadist Rasulullah

Bulu kening     “Rasullullah melaknat perempuan yang mencukur/ menipiskan bulu kening/ meminta supaya dicukurkan bulu keningnya” (HR. Abu Daud)

Kaki (tumit kaki)    “Dan janganlah mereka (perempuan) membentakkan kaki (atau mengangkatnya) agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan” (QS. An-Nur : 31) Keterangan : menampakkan kaki & menghayunkan/ melenggokan badan mengikuti hentakan kaki.

Wangian   “Siapa saja wanita yang memakai wangi-wangian kemudian melewati suatu kaum supaya mereka itu mencium baunya, maka wanita itu telah dianggap melakukan zina dan tiap-tiap mata ada zina (HR. Nasaii ibn Khuzaimah & Hibban).

Dada     “Hendaklah mereka (perempuan) melabuhkan kain kudung hingga menutupi dada mereka” (QS. An-Nur : 31).

Gigi     “Rasulullah melaknat perempuan yang mengikir gigi atau meminta supaya dikikir giginya (HR. At-Thabrani) “Dilaknat perempuan yang menjarangkan giginya supaya menjadi cantik, yang merubah ciptaan ALLAH” (HR. Bukhari & Muslim)

Muka & Tangan. Asma binti Abu Bakar telah telah menemui Rasulullah dengan memakai pakaian yang tipis. Sabda Rasulullah “Wahai Asma! Sesungguhnya seorang gadis yang telah berhaid tidak boleh baginya menzahirkan anggota badan kecuali pergelangan tangan dan wajah saja” (HR. Bukhari & Muslim)

Tangan “Sesungguhnya kepala yang ditusuk dengan besi itu lebih baik dari pada menyentuh kaum yang bukan sejenis yang tidak halal baginya” (HR. At-Thabrani & Baihaqi)

Mata “Dan katakanlah kepada perempuan mukmin hendaklah mereka menundukan sebagian dari pandangannya” (QS. An-Nur : 31) Sabda Nabi SAW “Jangan sampai pandangan yang satu mengikuti pandangan lainnya. Kamu hanya boleh pandangan yang pertama, pandangan yang seterusnya tidak dibenarkan” (HR. Tirmidzi & Abu Daud)

Mulut (suara) “Janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik” (QS. Al Ahzab : 32) Tunduk = berbicara dengan sikap yang menimbulkan keberanian orang bertindak yang tidak baik terhadap mereka Dalam hati mereka ada penyakit = orang yang mempunyai niat serong dengan wanita, seperti melakukan zina)

Kemaluan “Dan katakanlah kepada perempuan-perempuan mukmin hendaklah mereka menundukan pandangannya dan menjaga kehormatannya (An – Nur : 31)

Pakaian “Barang siapa memakai pakaian yang berlebih-lebihan, maka ALLAH akan memberikan pakaian kehinaan dihari akhir nanti” (HR. Abu Daud) “Sesungguhnya sebilang ahli neraka adalah perempuan-perempuan yang berpakaian tapi telanjang yang condong pada maksiat dan menarik orang lain untuk melakukan maksiat, mereka tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya” (HR. Bukhari & Muslim)
“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu, dan isteri-isteri orang mukmin, hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka, yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan ALLAH adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. Al Ahzab : 59)

Rambut “Wahai anakku Fatimah! Adapun perempuan-perempuan yang akan digantung rambutnya hingga mendidih otaknya dalam neraka adalah mereka itu di dunia tidak mau menutup rambutnya daripada dilihat laki-laki yang bukan mahramnya” (HR. Bukhari & Muslim)


Sudah jelas tertulis dalam Al Qur’an dan Hadits Rasulullah SAW tentang Aurat wanita, lantas.. masihkah kita  mengingkari-Nya?? Masihkah kita bisa mengatakan “Aku belum siap berhijab??” lantas.. sampai kapan kita SIAP?? adakah kita tau bahwa kita masih dapat bernafas tahun depan? bulan depan? minggu depan? lusa? besok? atau.. sedetik yg akan datang??

Selasa, 30 Juli 2013

Adab Tidur ala Baginda RASULULLAH SAW

INDAHNYA ISLAM.

Bahkan masalah tidur pun dicontohkan dan dijelaskan dengan baik oleh Rasulullah. Allah sendiri menjelaskan bahkan tidur sangat dibutuhkan untuk kesehatan melalui Alquran yang berbunyi : "Dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat." (Q.S An-Naba [78] : 9).Tidur sendiri memiliki manfaat kesehatan. Seluruh sistem kerja tubuh dapat terganggu karena efek dari tidur yang kurang sehat. Setiap orang hampir menghabiskan 1/3 waktu hidupnya untuk tidur.





Berikut ini akan dijelaskan tahapan tidur Rasulullah yang dapat ditiru untuk kesehatan tubuh melalui tidur.

1. Waktu Tidur

Sebaiknya kita tidak tidur larut malam dan segera tidur setelah shalat isya. Tidur larut malam atau bahkan begadang, selain dapat mengurangi kualitas tidur tapi juga berpotensi merusak sistem kerja tubuh manusia. Fakta ini berkorelasi positif dengan hadits Rasulullah yang memerintahkan umat Islam untuk segera tidur setelah Shalat Isya. Hadits tersebut berbunyi sebagai berikut : "Bahwasanya Rasulullah SAW membenci tidur sebelum (shalat Isya) dan berbincang-bincang (yang tidak bermanfaat) setelahnya (begadang)." (HR Bukhari dan Muslim).



2. Berwudhu Sebelum Tidur 

Nah, yang kedua yaitu berwudhu. Rasulullah senantiasa berwudhu sebelum tidur. Dengan berwudhu, dapat membersihkan kotoran-kotoran yang menempel. Kebiasaan berwudhu Rasulullah dijelaskan melalui hadits berikut :"Apabila engkau hendak mendatangi pembaringan (tidur) maka hendaklah berwudhu terlebih dahulu sebagaimana wudhumu untuk melakukan shalat." (HR Bukhari).



3. Berdoa Bagi muslimin

doa merupakan sebuah senjata. Pun termasuk ketika akan tidur, Rasulullah menganjurkan kita untuk berzikir dan berdoa sebelum tidur sebagaimana dijelaskan dalam hadits berikut :Rasulullah SAW bersabda ,"Barang siapa tidur di suatu tempat tanpa berzikir kepada Allah, maka ia pun akan mendapatkan hal-hal yang ia sesali dari Allah." (HR Abu Dawud).Rasulullah sendiri memberikan contoh dalam berdoa sebelum tidur. Dalam sejumlah hadits, Rasulullah ketika akan berbaring membaca doa "Bismikallahhumma ahyaa wa bismika amuut."     Artinya: Dengan nama-Mu ya Allah aku hidup dan dengan nama-Mu aku mati. (HR. Bukhari dan Muslim).Dan ketika bangun, Rasulullah berdoa "Alhamdulillaahil ladzii ahyaanaa ba’da maa amaatanaa wa ilayhin nusyuur."   Artinya : Segala puji bagi Allah yang menghidupkan kami setelah mematikan kami. Kepada-Nya-lah kami akan kembali (HR. Bukhari)



4.  Posisi Tidur

Nah, tahapan yang satu ini sangat lah penting. Posisi tidur termasuk menentukan kualitas tidur dan sangat mempengaruhi kesehatan. Posisi tidur yang biasa dilakukan Rasulullah dijelaskan melalui hadits yang berbunyi “Berbaringlah di atas rusuk sebelah kananmu.” (HR. Al-Bukhari no. 247 dan Muslim no. 2710).Hendaknya mendahulukan posisi tidur di atas sisi sebelah kanan (rusuk kanan sebagai tumpuan) dan berbantal dengan tangan kanan, tidak mengapa bila setelahnya berubah posisinya di atas sisi kari (rusuk kiri sebagai tumpuan).Fungsi posisi tidur miring sebelah kanan sangat menentukan kualitas kesehatan tidur. Berikut ini manfaatnya :

a. Mengurangi beban kerja jantung. Tidur dengan miring ke kanan dapat mengurangi beban kerja jantung. Dengan menghadap ke kanan, posisi jantung menjadi rileks dan membuat distribusi darah dapat merata ke seluruh tubuh.

b. Pencernaan menjadi lebih mudah. Dengan menghadap ke kanan, posisi lambung dan usus dua belas jari menjadi menghadap ke bawah. Posisi ini dapat membantu kerja lambung. Dengan adanya gaya gravitasi sebab mulut lambung menghadap ke bawah. selain itu, dapat mempermudah kerja batang tenggorokan di sisi kiri yang membantu organ ini menghasilkan lendir dengan cepat.


5. Posisi Tangan Ketika tidur

Rasulullah SAW senantiasa meletakkan tangan kanannya di bawah pipi sebelah kanan. Hal ini diperkuat dengan hadits yang berbunyi "Rasulullah SAW apabila tidur meletakkan tangan kanannya di bawah pipi kanannya." (HR Abu Dawud).Meski tidur memiliki sejumlah manfaat, namun Rasulullah selalu mengingatkan kita untuk mengurangi tidur di 2/3 malam dengan menjalan Shalat Sunnah Tahajud. Hal ini dijelaskan Rasulullah dengan hadits yang berbunyi "Hendaklah kalian bangun malam sebab itu kebiasaan orang-orang saleh sebelum kalian." (HR At-Tirmidzi).

Dengan tidur sesuai tuntunan Rasulullah, tidur dapat menjadi wahana pendekatan diri terhadap Allah dan meningkatkan kesehatan. Subhanallah, sungguh terdapat banyak sunnah-sunnah rasulullah yang telah beliau berikan kepada para sahabat , orang-orang terdekat beliau, orang-orang beriman setelah beliau  dan untuk semua umat Baginda Rasulullah .

Mencari calon Istri Dalam islam


Mencari Jodoh Menurut Islam,Tips Memilih Istri

Bismillaahirrahmaanirrahiimi,

Sabda Rasulullah SAW : “Seorang wanita biasanya dinikahi karena empat hal,yaitu karena hartanya, karena nasabnya (keturunannya),karena kecantikannya dan karena agamanya. Maka utamakan memilih istri (wanita) karena agamanya. Kamu akan merugi (bila tidak memilih karena agamanya).” (HR. Bukhari,Muslim dan Abu Dawud)

Setiap orang yang berkeluarga pasti menginginkan kehidupan yang bahagia. Maka sebagai umat islam,kita harus memakai cara pandang dan petunjuk Allah dan Rasulullah SAW dalam membangun mahligai rumah tangga tersebut. Bagi laki-laki agar rumah tangganya bahagia, yang harus dilakukan degan cermat adalah saat mencari pasangan hidupnya (istri). Bila ia berhasil mendapatkan wanita shalihah sejati, Insya Allah keluarganya akan bahagia. Berikut ini beberapa hal yang harus diperhatikan laki-laki bila hendak memilik istri, antara lain :

1.    Utamakan Yang baik Kualitas Agamanya
Faktor pertama ini adalah factor yang paling dominan dan menentukan. Karena Islam merupakan agama  fitrah dan moral yang mulia,maka suatu pernikahan harus berasaskan tuntunan sifat-sifat mulia,nilai-nilai luhur dan etika yang baik. Rasulullah SAW menilai bahwa wanita shalihah merupakan karunia terbesar bagi laki-laki,sebagaimana hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas ra. : “Empat perkara,yang apabila dianugerahkan kepada seseorang,maka berarti dia mendapatkan kebaikan didunia dan diakhirat yaitu hati yang pandai bersyukur,lisan yang sering berdzikir,tubuh yang bersabar atas musibah,dan istri yang tidak menganiaya suaminya (bisa menjaga diri dan harta sumaminya).” (HR. Thabrani) Kemudian Rasulullah SAW menjelaskan secara rinci dari sifat wanita shalihah,sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu Umamah ra. : “Setelah takwa kepada Allah Azza wa jalla,seorang mukmin tidak mendapatkan faedah sesuatu yang lebih baik daripada mempunyai istri yang shalehah yang bila diperintah mentaatinya,bila dipandang menyenangkan,bila disumpah (yakni perjanjian awal pernikahan) dia menepatinya,dan bila ditinggal (pergi) menjaga diri dan harta suaminya.” (HR. Ibnu Majah)

2.    Haram menikahi Wanita Musyrik/Kafir
Menikahi orang kafir dan musyrik diharamkan dalam islam, sebagaimana disinyalir dalam firman-Nya. “Dan janganlah kamu nikahi perempuan-perempuan musyrik sebelum mereka beriman. Sesungguhnya   budak yang mukmin lebih baik daripada perempuan musyrik,walaupun dia menarik hatimu.” (QS. Al Baqarah : 22) Kerena itu,kita tidak boleh menyambung tali perkawinan antara dua hati dan dua akidah yang bertentangan. Sebab nilai akhir dari pernikahan bukanlah sekedar pelampiasan seksual,melainkan adanya kesamaan  arah dalam mengarungi bahtera hidup. Itulah rahasia Islam,kenapa mengharamkan kawin dengan orang yang berbeda agama,karena tidak akan terjalin kebahagiaan rohani.

3.    Utamakan Memilih Yang Bukan Kerabat
Islam mengajarkan agar dalam memilih calon pendamping dicari orang yang bukan kerabat sendiri, dengan menitikberatkan kufu’ (keseimbangan derajat) agama,moral dan nasab yang mulia. Semua itu untukmenjaga kokohnya keturunan. Sebab,pernikahan antara kerabat, dapat melumpuhkan jasamani dan otak bagi anaka turunannya.  Sebagaimana dalam hadist Rasulullah SAW : “Janganlah kalian menikahi kerabat dekat,sebba dapat (berakibat) melahirkan anak yang lemah (akal dan fisiknya).” (Hadist Syarif)

4.    Utamakan Wanita Yang Subur (Berketurunan)
Islam menganjurkan agar seseorang laki-laki (calon suami) memilih perempuan (calon istri) yang subur dan mencintai,tidak punya penyakit yang menghalangi kehamilan dan sanggup menjaga tugas sebagai seorang ibu rumah tangga yang baik. Untuk itu tidak perlu heran,ketika seorang menghadap kepada Nabi SAW seraya berkata : “Wahai Rasulullah,aku mencintai perempuan yang punya kedudukan dan kekayaan,hanya saja,dia tidak dapat melahirkan keturunan. Apakah dia harus aku nikahi?” Maka Rasulullah SAW melarangnya. Lalu datang orang kedua,menanyakan hal yang serupa, Rasulullah SAW pun melarangnya. Akhirnya,datang orang yang ketiga,dan menanyakan hal yang serupa. Maka beliaupun bersabda : “Menikahlah dengan perempuan yang subur (dari nasab yang banyak melahirkan anak) dan mencintai suami,karena aku bangga dengan banyaknya pengikut dari keturunanmu dihadapan berbagai umat kelak.” (HR. Abu Dawud, Nasa’I dan Hakim) ,

5.    Mengutamakan Yang Masih Gadis
Islam menganjurkan dalam menentukan pilihan seorang istri,hendaklah mengutamakan perempuan-perempuan yang masih perawan daripada  janda. Lebih –lebih bagi jejaka atau mereka yang belum punya keturunan. “pilihlah perempuan yang masih perawan,karena paling sedap bibirnya (lidhnya baik bicara),banyak keturunannya, jarang sifat makarnya,lebih rela dengan kepuasan tabiatnya.” (HR. Ibnu Majah dan Baihaqi) Itulah beberapa hal yang harus diperhatikan setiap lelaki muslim ketika hendak memilih istri. Semoga istri-istri kita,adalah istri-istri yang shalehah,sehingga rumah tangga kita menjadi rumah tangga yang sakinah,mawaddah dan wa rahmah.

Amiin

10 type cewek(wanita) yang layak jadi istri.

Type cewek yang pantas dijadikan istri sangat beraneka ragam dalam benak kaum pria. namun disini sahabat anehdidunia.blogspot, akan kami berikan tipe cewek yang siap sahabat jadikan istri menurut beberapa web yang berhasil kami kumpulkan. semoga dengan adanya penjelasan tipe ini menjadi berguna bagi sahabat didunia. 

1. Taat beragama Agama
adalah salah satu pegangan hidup untuk kita manusia. Taat kepada agama juga menunjukan kalau si Cewek akan taat terhadap kamu. Bukan berarti kamu bisa semena-mena terhadap dia dan menyuruh si Cewek untuk menuruti apapun yang kamu mau, tapi taat beragama menunjukan bahwa si Cewek juga mempunyai prinsip hidup yang baik dan yang dia tekuni.

2. Lemah-lembut
Coba perhatikan cara Cewek berbicara kepada teman-temannya. Apakah dia selalu suka bernada keras, teriak-teriak, atau malah sopan dan selalu lembut dalam berkata-kata? Ciri-ciri inilah yang mencerminkan di mana cara si Cewek akan berbicara kepada kamu dan keluargamu nantinya.

3. Perhatian
"Kok dia bisa ingat dengan ulang tahun orang tuaku?" ujar kamu. Itu adalah pertanda bagus. Dia benar-benar perhatian akan hal-hal kecil seperti itu. Padahal, kalian belum menikah. Sehabis kamu pulang kerja, makananpun sudah tersedia. Saat kamu sedang sakit, dia memasakan bubur untuk kamu. Hal-hal kecil seperti itulah yang akan membantu dan memperkuat hubungan kamu. Bukankah Cowok juga memang suka diberi perhatian lebih dari si Cewek? http://anehdidunia.blogspot.com

4. Penyabar
Kamu telat untuk kencan dengan si Cewek tapi si Cewek tidak marah sama sekali saat kamu datang dan dia sudah menunggu 25 menit kelaparan. Kenapa sabar itu ciri-ciri yang baik? Coba pikirkan kalau anda sedang dalam situasi apa saja yang berbau negatif; kesabaran itu akan membantu suasana itu tidak menjadi lebih buruk. Coba bayangkan kamu sedang kencan dengan Cewek yang tidak sabar. Sedikit-sedikit dia marah karena kamu tidak tepat waktu, berbuat sedikit kesalahan. Kencan yang seharusnya senang-senang malahan menjadi pengalaman buruk.

5. Sederhana
Perhatikan apakah si Cewek kamu suka berlebihan di depan teman-temannya. Apakah dia suka memamerkan tas baru yang baru dia beli hari itu juga? Orang yang suka pamer dan tidak sederhana menunjukan kalau si Cewek itu tidak percaya diri; ada kekurangan yang dia punya dan ingin menutupinya dengan memamerkan sesuatu yang lebih dari dia. Ini sifat yang tidak bagus untuk para Cowok. http://anehdidunia.blogspot.com

6. Jaga kecantikan
Tidak berarti Cewek itu harus tampil cantik, tapi menjaga kecantikan itu juga berarti itu Cewek tahu bagaimana caranya menjaga dan merawat dirinya sendiri. Jikalah anda sedang berkencan dengan dia, Sahabat anehdidunia.blogspot, perhatikanlah "make-up" yang dia pakai. Apakah terlalu berlebihan sehingga menarik perhatian orang-orang lain di sekitar anda? Apakah dia memakai rok mini yang berlebihan? Jaga kecantikan itu berarti menjaga penampilan secukupnya dan sewajarnya di saat dan tempat yang benar.

7. Dewasa dan bijaksana
Cowok suka dengan Cewek yang bijaksana dan bersikap dewasa. Di saat kesusahan, Cowok akan membutuh bantuan dari seorang Cewek yang dewasa dan bijaksana dalam mengambil keputusan.

8. Hemat
Cowok mana yang mau punya Cewek bermaterialistis? Nanti kalau kamu sudah berkeluarga dengan Cewek tersebut, dia akan menghabiskan uang untuk belanja baju-baju yang tidak perlu. Coba perhatikan dari cara dia menghabiskan uangnya sekarang. Apakah dia termasuk orang yang hemat, pelit, atau hura-hura?

9. Keibuan
Cewek kalau senang bermain dengan anak kecil, bisa menggendong bayi, menunggu mereka tidur, dan sebagainya. Inilah tanda-tanda dari Cewek yang bisa kamu bayangkan saat mereka menjadi istri kamu. Dia akan menjadi seorang ibu yang pandai di dalam rumah tangga.

10. Tabah menderita dan mau bekerja keras
Inilah salah satu ciri-ciri dari Cewek yang agak susah dicari. Mengapa? Cewek sudah terbiasa dengan tradisi di mana Cowok yang mencari uang. Di masa-masa sulit, Cewek biasanya tidak terbiasa untuk bekerja keras untuk keluarga. Jikalau kamu sudah menemukan Cewek yang tabah menderita dan mau bekerja keras, hargailah dia.

Hinanya dan Tercelanya Hati yang Keras(keras hati) dalam ISLAM

Oleh Ustadz Abu Ahmad Said Yai

أَفَمَنْ شَرَحَ اللَّهُ صَدْرَهُ لِلْإِسْلَامِ فَهُوَ عَلَىٰ نُورٍ مِنْ رَبِّهِ ۚ فَوَيْلٌ لِلْقَاسِيَةِ قُلُوبُهُمْ مِنْ ذِكْرِ اللَّهِ ۚ أُولَٰئِكَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ

Maka apakah orang-orang yang dibukakan oleh Allâh hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Rabb-nya (sama dengan orang yang hatinya keras)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang hatinya keras untuk mengingat Allâh. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata [az-Zumar/39:22] RINGKASAN TAFSIR[1]
“Maka apakah orang-orang yang dibukakan oleh Allâh hatinya untuk (menerima) agama Islam”, yaitu dengan dipermudah untuk mengenal-Nya, bertauhid kepada-Nya, taat akan perintah-Nya dan menjadi bertambah semangat untuk mengerjakan ajaran Islam. Dan ini adalah pertanda yang baik bagi seseorang. “Lalu ia mendapat cahaya dari Rabb-nya”, yaitu cahaya kebenaran yang membuat hatinya bertambah yakin. Apakah mereka itu sama dengan orang yang hatinya keras? Tentu saja tidak sama.

“Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang hatinya keras untuk mengingat Allâh”, yaitu mereka yang hatinya tidak lunak ketika diingatkan akan Allâh, tidak khusyû’, tidak paham, tidak sadar dan selalu membangkang. “Mereka itu dalam kesesatan yang nyata” yang akan mengantarkan mereka kepada kebinasaan.


                                                   HATI MEMILIKI SIFAT

Setiap manusia memiliki sifat yang berbeda-beda. Sifat-sifat tersebut pun bisa berubah-ubah setiap waktu. Begitu pula hati, dia pun memiliki sifat. Hati bisa menjadi sehat dan juga bisa menjadi sakit.
Allâh Azza wa Jalla berfirman:
فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَض

ًا Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allâh penyakitnya .... [al-Baqarah/2:10] Hati juga bisa menjadi lunak dan juga bisa menjadi sekeras batu.

Allâh Azza wa Jalla berfirman:
ثُمَّ قَسَتْ قُلُوبُكُمْ مِنْ بَعْدِ ذَٰلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ أَوْ أَشَدُّ قَسْوَةً

Kemudian setelah itu hati kalian menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi [al-Baqarah/2:74] Begitu pula hati bisa mengkilap, bersinar dan bisa juga menjadi hitam kelam sebagaimana diterangkan di beberapa hadits Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Oleh karena itu, sebisa mungkin seorang Muslim memperhatikan kondisi hatinya setiap saat, jangan sampai menjadi hati yang keras atau mulai mengeras sehingga nantinya akan menjadi keras dan sulit menerima kebenaran. Na’ûdzu billâhi min dzâlik.



                                                      BAHAYA HATI YANG KERAS

Ayat di atas dengan jelas menerangkan bahwa orang yang hatinya keras sangat tercela dan dalam kesesatan yang nyata. Mâlik bin Dînâr rahimahullah pernah berkata, "Seorang hamba tidaklah dihukum dengan suatu hukuman yang lebih besar daripada hatinya yang dijadikan keras. Tidaklah Allâh Azza wa Jalla marah terhadap suatu kaum kecuali Dia akan mencabut rasa kasih sayang-Nya dari mereka.[2]

                    TANDA-TANDA HATI YANG KERAS ATAU MULAI MENGERAS Hati

yang keras atau mulai mengeras memiliki tanda-tanda sebagai berikut:

1. Bermalas-malasan dalam mengerjakan kebaikan dan ketaatan, serta meremehkan suatu kemaksiatan.
2. Tidak terpengaruh hatinya dengan ayat-ayat al-Qur’ân yang dibacakan. Berbeda dengan kaum mu’minîn, hati mereka akan bergetar jika dibacakan ayat-ayat al-Qur’ân atau diingatkan akan Allâh Azza wa Jalla . Allâh Azza wa Jalla berfirman yang artinya:

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allâh gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Rabb-lah mereka bertawakkal. [al-Anfâl/8:2]

3. Tidak terpengaruh hatinya dengan berbagai ujian, musibah dan cobaan yang diberikan oleh Allâh Azza wa Jalla . Allâh berfirman yang artinya:

أَوَلَا يَرَوْنَ أَنَّهُمْ يُفْتَنُونَ فِي كُلِّ عَامٍ مَرَّةً أَوْ مَرَّتَيْنِ ثُمَّ لَا يَتُوبُونَ وَلَا هُمْ يَذَّكَّرُونَ

Dan tidakkah mereka (orang-orang munâfiq) memperhatikan bahwa mereka diuji sekali atau dua kali setiap tahun, dan mereka tidak (juga) bertaubat dan tidak (pula) mengambil pelajaran? [at-Taubah/9:126]

4. Tidak merasa takut akan janji dan ancaman Allâh Azza wa Jalla

5. Bertambahnya kecintaan terhadap dunia dan mendahulukannya di atas akhirat

6. Tidak tenang hatinya dan selalu merasa gundah

7. Bertambahnya dan meningkatnya kemaksiatan yang dilakukannya. Allâh Azza wa Jalla berfirman:
فَلَمَّا زَاغُوا أَزَاغَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ ۚ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ

Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allâh memalingkan hati mereka. Dan Allâh tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik [ash-Shaf/61:5] 8. Tidak mengenal atau tidak membedakan perbuatan ma’ruf dan munkar.

                                    
   SEBAB-SEBAB KERASNYA HATI Hati

menjadi keras tentu ada penyebabnya. Penyebab-penyebab kerasnya hati di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Kesyirikan, Kekufuran Dan Kemunafikan. Inilah sebab yang paling besar yang dapat menutupi hati seseorang dari menerima kebenaran. Allâh Azza wa Jalla berfirman yang artinya:

سَنُلْقِي فِي قُلُوبِ الَّذِينَ كَفَرُوا الرُّعْبَ بِمَا أَشْرَكُوا بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا ۖ وَمَأْوَاهُمُ النَّارُ ۚ وَبِئْسَ مَثْوَى الظَّالِمِي

نَ Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut, karena mereka telah mempersekutukan Allâh dengan sesuatu yang Allâh sendiri tidak menurunkan keterangan tentang itu. Tempat kembali mereka ialah neraka. Dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal orang-orang yang zhalim [Ali ‘Imrân/3:151]

2. Melanggar Perjanjian Yang Dibuat Kepada Allâh Azza wa Jalla Allâh Azza wa Jalla berfirman:
فَبِمَا نَقْضِهِمْ مِيثَاقَهُمْ لَعَنَّاهُمْ وَجَعَلْنَا قُلُوبَهُمْ قَاسِي

(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, maka kami laknat mereka, dan kami jadikan hati mereka keras membatu. [al-Mâ-idah/5:13] Ketika menafsirkan ayat ini, Syaikh Abu Bakr Al-Jazâiri, “Melanggarnya (perjanjian) dengan (car) tidak konsisten dengan apa yang ada di dalamnya yang berupa perintah dan larangan.”[3]

3. Tertawa Berlebihan Nabi Sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لاَ تُكْثِرُوا الضَّحِكَ ، فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيتُ الْقَلْبَ

Janganlah kalian banyak tertawa! Sesungguhnya banyak tertawa dapat mematikan hati

4. Banyak Berbicara Dan Banyak Makan .
Bisyr bin al-Hârits pernah berkata, "(Ada) dua hal yang dapat mengeraskan hati: banyak berbicara dan banyak makan.”

5. Banyak Melakukan Dosa .
Nabi Sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ الْمُؤْمِنَ إِذَا أَذْنَبَ كَانَتْ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فِي قَلْبِهِ ، فَإِنْ تَابَ وَنَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ ، صُقِلَ قَلْبُهُ ، فَإِنْ زَادَ ، زَادَتْ ، فَذَلِكَ الرَّانُ الَّذِي ذَكَرَهُ اللَّهُ فِي كِتَابِهِ : [[ كَلاَّ بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ]]

Sesungguhnya seorang Mukmin jika melakukan dosa, maka akan ada bintik hitam di hatinya. Jika dia bertaubat dan berhenti (dari dosa tersebut) serta memohon ampunan, maka hatinya akan mengkilap. Apabila dia terus melakukan dosa, maka bertambah pula noktah hitam itu. Itu adalah ar-rân (penutup) yang disebutkan oleh Allâh di kitab-Nya: ‘Sekali-kali tidak (demikian), Sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka [al-Muthaffifîn/83:14]

6. Lalai Dari Ketaatan Allâh Azza wa Jalla berfirman yang artinya:

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا ۚ أُولَٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ

Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia. Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allâh), mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allâh) dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allâh). Mereka itu seperti binatang-binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai [al-A’râf/7:179]

7. Nyanyian Dan Alat Musik.
‘Abdullâh bin Mas’ûd Radhiyallahu anhu berkata:
الْغِنَاءُ يُنْبِتُ النِّفَاقَ فِى الْقَلْب

ِ Lagu-laguan menumbuhkan kemunafikan di dalam hati

8. Suara Wanita Yang Menggoda .
Allâh Azza wa Jalla berfirman :
إِنِ اتَّقَيْتُنَّ فَلَا تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ وَقُلْنَ قَوْلًا مَعْرُوف

ًا Maka janganlah kamu tunduk (menghaluskan suara) dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik [al-Ahzâb/33:32] 9. Melakukan Hal-Hal Yang Merusak Hati Hal-hal yang merusak hati sangatlah banyak. Akan tetapi, dari semua itu ada lima hal yang menjadi faktor perusak hati. Kelima hal tersebut sebagaimana dikatakan oleh Ibnul-Qayyim rahimahullah : “Adapun lima hal yang merusak hati adalah banyak bergaul (berkumpul dengan manusia), (banyak) berangan-angan, tergantung kepada selain Allâh Azza wa Jalla , kekenyangan (banyak makan) dan (banyak) tidur. Inilah kelima hal utama yang dapat merusak hati ”.

             

  

                                              OBAT HATI YANG KERAS Hati

yang keras juga memiliki obat agar dia bisa kembali melunak. Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat melunakkan hati:

1. Beriman kepada Allâh Azza wa Jalla dan selalu meningkatkan keimanan. Allâh Azza wa Jalla berfirman:

وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَه

ُ Barangsiapa yang beriman kepada Allâh niscaya dia akan memberi petunjuk kepada hatinya [at-Taghâbun/64:11]

2. Banyak mengingat Allâh (ber-dzikr) dan membaca al-Qur’ân dengan men-tadabburi-nya (memahami dan merenungi maknanya). Allâh Azza wa Jalla berfirman:

الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah! Hanya dengan mengingati Allâh-lah hati menjadi tenteram [ar-Ra’d/13 : 28]

3. Belajar ilmu syar’i (ilmu agama) Tidak diragukan lagi, bahwa ilmu syar’i dapat membimbing seseorang untuk menjadi hamba Allâh Azza wa Jalla yang bertakwa. Di awal surat Ali ‘Imrân, Allâh Azza wa Jalla memuji orang-orang yang memiliki ilmu yang dalam. Tahukah pembaca, doa apakah yang mereka ucapkan? Doa yang diucapkan oleh mereka adalah:
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّاب

ُ Ya Rabb kami, janganlah Engkau jadikan hati-hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau, karena Sesungguhnya Engkau-lah Maha pemberi (karunia) [Ali ‘Imrân/3:8] Merekalah yang lebih tahu akan Rabb-nya bila dibandingkan orang-orang awam dan mereka juga lebih tahu bahwa hati manusia bisa berubah-ubah, sehingga mereka berdoa dengan doa tersebut.

4. Berlindung kepada Allâh dari hati yang tidak khusyû’ dengan doa yang telah diajarkan oleh Nabi Sallallahu ‘alaihi wa sallam , yang berbunyi:

اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لاَ يَنْفَعُ وَمِنْ قَلْبٍ لاَ يَخْشَعُ وَمِنْ نَفْسٍ لاَ تَشْبَعُ وَمِنْ دَعْوَةٍ لاَ يُسْتَجَابُ لَهَ

Ya Allâh! Aku berlindung kepada Engkau dari ilmu yang bermanfaat, dari hati yang tidak khusyû’, dari jiwa yang tidak kenyang dan dari doa yang tidak dikabulkan.

5. Berbuat baik terhadap anak yatim dan orang miskin.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwasanya seseorang mengadu kepada Nabi Sallallahu ‘alaihi wa sallam tentang hatinya yang keras. Beliau Sallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda:
إِنْ أَرَدْتَ أَنْ يَلِينَ قَلْبُكَ ، فَأَطْعِمِ الْمِسْكِينَ ، وَامْسَحْ رَأْسَ الْيَتِيمِ

Jika engkau ingin agar hatimu menjadi lunak, maka berilah makan orang miskin dan usaplah kepala anak yatim .

6. Banyak mengingat kematian Diriwayatkan dari Shafiyah Radhiyallahu anhuma bahwasanya seorang wanita mendatangi ‘Âisyah Radhiyallahu anhuma dan mengadukan keadaan hatinya yang keras. Kemudian ‘Âisyah pun berkata, “Perbanyaklah mengingat kematian, engkau akan mendapatkan apa yang kau inginkan.” Kemudian wanita itu pun mengerjakannya. Setelah itu, dia pun mendapatkan petunjuk di hatinya dan bersyukur kepada ‘Âisyah radhiallâhu 'anhâ. Sa’îd bin Jubair dan Rabî’ bin Abi Râsyid rahimahumallâh pernah berkata:

لَوْ فَارَقَ ذِكْرُ الْمَوْتِ قَلْبِي سَاعَةً خَشِيت أَنْ يَفْسُدَ قَلْبِي

Seandainya mengingat kematian terpisah dari hatiku sekejap saja, saya takut hatiku akan menjadi rusak

7. Banyak berziarah kubur Abu Thâlib, seorang murid Imam Ahmad, pernah berkata, “Seorang laki-laki pernah bertanya kepada Abu ‘Abdillâh (Imam Ahmad) tentang bagaimana melunakkan hatinya. Beliau pun menjawab, ‘Masuklah ke dalam pemakaman dan usaplah kepala anak yatim.’.”

8. Menghadiri majlis ta’lim dan majlis nasihat Menghadiri majlis-majlis seperti ini sangat berpengaruh terhadap hati manusia. Mari kita perhatikan apa yang dikatakan oleh al-‘Irbâdh bin Sâriyah Radhiyallahu anhu, “Pada suatu hari Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengerjakan shalat, kemudian menghadap ke kami dan memberikan nasihat yang sangat menyentuh, yang membuat mata-mata menangis dan hati-hati menjadi takut.”

9. Menjauhi sebab-sebab terjadinya fitnah dan dosa Agar hati kita tidak menjadi keras, maka kita berusaha sekuat mungkin untuk menjauhi sebab-sebab terjadinya dosa atau fitnah. Oleh karena itu, Allâh Azza wa Jalla melarang para Sahabat bertanya atau meminta sesuatu hal kepada istri-istri Nabi Sallallahu ‘alaihi wa sallam kecuali dari belakang tabir. Allâh Azza wa Jalla berfirman:
وَإِذَا سَأَلْتُمُوهُنَّ مَتَاعًا فَاسْأَلُوهُنَّ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ ۚ ذَٰلِكُمْ أَطْهَرُ لِقُلُوبِكُمْ وَقُلُوبِهِن

َّ Dan apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (istri- istri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka [al-Ahzâb/33:53]

10. Makan makanan yang halal.
Imam Ahmad rahimahullah pernah ditanya oleh seseorang, “Dengan apa hati bisa menjadi lunak?” Kemudian beliau pun menjawab, “Ya bunayya (wahai anakku)! Dengan makan makananan yang halal.”[

11. Shalat malam

12. Beribadah dan mendekatkan diri kepada Allâh di waktu sahûr (sebelum Subuh)

13. Berteman dengan orang-orang yang soleh, Ibrâhim al-Khawwâsh rahimahullah pernah berkata:

دَوَاءُ الْقَلْبِ خَمْسَةُ أَشْيَاء : قِرَاءَةُ الْقُرْآنِ بِالتَّدَبُّرِ, وَخَلَاءُ الْبَطْنِ, وَقِيَامُ اللَّيْلِ, وَالتَّضَرُّعُ عِنْدَ السَّحْرِ, وَمُجَالَسَةُ الصَّالِحِيْنَ

Obat hati ada lima macam, yaitu: membaca al-Qur’ân dengan men-tadabburi-nya, mengosongkan perut, shalat malam, mendekatkan diri (kepada Allâh) di waktu sahûr dan duduk-duduk (berteman) dengan orang-orang yang soleh.

KESIMPULAN
1. Hati memiliki sifat-sifat yang bisa berubah-ubah.
2. Orang yang telah dibukakan hatinya untuk menerima agama Islam dan taat kepada Allâh tidak sama dengan orang yang berhati keras.
3. Orang yang berhati keras akan mendapatkan ancaman yang sangat besar
4. Orang yang berhati keras memiliki sifat-sifat tertentu seperti yang sudah dipaparkan di atas. Seyogyanya seorang Muslim selalu melakukan introspeksi diri.
5. Hati bisa menjadi keras disebabkan oleh beberapa hal. Oleh karena itu, sebisa mungkin kita menjauhi sebab-sebab tersebut.
6. Hati yang keras pun dapat diobati dengan berbagai cara yang telah disebutkan.
7. Orang-orang yang telah terjerumus kepada kemaksiatan atau merasa bahwa hatinya sangat keras, maka harus segera bertaubat dan Allâh akan mengampuni orang-orang yang benar-benar bertaubat kepada-Nya. Mudahan bermanfaat dan mudah-mudahan Allâh selalu menjaga hati kita agar tetap lunak.
Amin.